TUGAS I
MENGANALISIS DAN MEMBERIKAN TANGGAPAN SEBUAH BUKU/TULISAN/ WACANA YANG MENYATAKAN SIKAP KESETIAAN BAHASA/KEBANGGAAN BAHASA
Untuk tugas yang pertama ini, saya akan menitikberatkan masalah pada: sampai sejauh mana sikap kesetiaan bahasa Indonesia digunakan dalam sebuah karya sastra dan memprioritaskan penggunaan bahasa Indonesia daripada istilah-istilah asing. Apakah sudah sesuai dengan bahasa Indonesia yang benar? Sebuah karya sastra yang akan saya ambil sebagai contoh untuk tugas ini adalah buku MARMUT MERAH JAMBU, yang ditulis oleh Raditya Dika. Sebuah buku yang ditulis dengan gaya semi-autobiografi atau bisa juga dikatakan nonfiksi-komedi. Dalam buku ini, saya menemukan ada beberapa paragraf tulisan yang menggunakan gaya penulisan yang cenderung “tulisan bergaya anak muda”, sehingga bisa dikatakan belum sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Di beberapa bagian juga terdapat tulisan yang masih menggunakan istilah-istilah asing daripada memprioritaskan penggunaan bahasa Indonesia. Berikut ini adalah salah satu paragraf tulisan yang akan saya kutip:
“….Jam dia manggung sudah lewat, gue berharap performance dia sedikit ditunda, atau mungkin acaranya agak ngaret dikit. Gue memberikan uang, dan si calo tersenyum lebar meninggalkan gue. Dengan sabar gue mengantre, dan di depan ternyata ada pengecekan tiket menggunakan komputer. Mampus gue. Kalau ternyata gue diboongin dan tiketnya gak lulus komputer gimana? Satu per satu orang masuk, dan dicek dengan cara di-scan oleh komputer. Giliran gue tiba, dan gue gemeteran. Gue masang muka bloon sebloon-bloonnya, pura-pura gak tahu. Gue membayangkan kalo tiket ini beneran di scan dan gak lulus komputer, gue melakukan hal sebagai berikut: 1) gue nangis dan ngaku salah, minta dihukum seringan-ringannya, atau, 2) gue pura-pura amnesia dan bilang ‘siapa saya? Tahun berapa ini?’, atau 3) gue sandera tukang penjaga tiket supaya gue dibiarkan masuk menonton pertunjukkan Shero sambil menyandera si tukang tiket”
Jika saya lihat, tulisan tersebut memang sebenarnya ditujukkan untuk kalangan anak muda, karena menggunakan gaya bahasa yang umum dipakai oleh kalangan anak muda atau dengan kata lain, bisa dikatakan sebagai bahasa yang non formal agar tidak kaku dalam komunikasi. Contoh yang mudah diambil, yaitu penggunaan kata gue. Kata gue merupakan sebutan lain pada anak muda, yang biasa dipakai untuk menggantikan kata saya, aku atau segala sebutan lain yang menunjuk untuk menyebut diri kita sendiri. Kemudian, ada kata ngaret , yang biasa dipakai untuk menggantikan kata seperti telat, tidak tepat waktu, dan sebagainya. Kata-kata lain yang biasa dipakai oleh gaya bahasa anak muda pada tulisan diatas, yaitu seperti: gak, bloon,nangis, ngaku, diboongin. Kata-kata tersebut memang terkesan praktis jika dipakai dalam percakapan sehari-sehari, dan agar percakapan tidak terkesan terlalu formal/baku. Seperti kata gak, merupakan kata ganti dari kata tidak. Kemudian kata bloon, yang biasanya merupakan pengganti dari kata bodoh;tolol;dungu, dan dalam KBBI, penulisan kata bloon yang sebenarnya adalah beloon, bukan seperti yang dituliskan pada tulisan tadi. Kemudian, ada kata nangis. Jika dilihat dalam KBBI, kata nangis yang sebenarnya berasal dari kata tangis, dan yang dimaksud pada tulisan tersebut mengacu pada kata kerja menangis, dengan awalan me ditambah dengan kata tangis, yang berarti melahirkan suatu perasaan sedih. Kemudian, ada kata ngaku. Kata ngaku yang dimaksud adalah mengacu pada kata mengaku yang dikelompokkan pada kelas kata kerja, yang berarti menerima dan menyatakan (bahwa dirinya salah, keliru, dsb). Terakhir adalah kata diboongin. Dalam penulisan yang seharusnya, kata tersebut harus ditulis dibohongi, yang berarti telah dinyatakan sesuatu yang tidak benar. Di samping itu, tulisan diatas juga terdapat beberapa kata yang menggunakan istilah-istilah bahasa Inggris, seperti kata performance dan scan. Kata performance berasal dari bahasa Inggris, yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti penampilan, dan kata scan yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti memindai, memeriksa, dsb.
Meskipun di beberapa penulisan masih terdapat kata yang terkesan disingkat-singkat dengan maksud agar terlihat lebih praktis, menggunakan gaya bahasa yang memberi kesan lebih “anak muda”, dan masih terdapat beberapa kata yang menggunakan istilah-istilah bahasa Inggris, tetapi jika dilihat secara keseluruhan, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sudah banyak ditonjolkan dan penggunaan istilah-istilah asing yang sudah agak dikurangi. Hal ini tentunya sudah menunjukkan suatu sikap kesetiaan dan kebanggan terhadap bahasa Indonesia, yaitu keinginan suatu masyarakat pendukung bahasa untuk memelihara dan mempertahankan suatu bahasa, bahkan kalau perlu mencegahnya dari pengaruh bahasa lain, mencegah adanya interferensi dari bahasa asing. Meskipun di beberapa kata masih ada penggunaan istilah asing, tapi penggunaan istilah asing tersebut sudah lebih dikurangi seperti yang sudah saya katakan tadi di awal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar