Pages

Sabtu, 16 April 2011

DAMPAK PENDAPATAN NASIONAL BAGI LUAR NEGERI

Jika kita berbicara mengenai masalah perekonomian Indonesia saat ini, pasti tidak akan menemui suatu titik terang untuk menyelesaikan masalah yang paling “kusut” di Negara kita ini. Saya akan mengambil satu contoh yang sama kembali, yakni saat masa krisis ekonomi, hutang luar negeri Indonesia, dimana hutang tersebut meningkat sangat drastis dalam hitungan Rupiah, sehingga dalam “catatan hutang” Indonesia menyebabkan daftar hutang semakin bertambah di debet, karena pemerintah Indonesia harus menambah hutang luar negeri yang baru untuk membayar hutang yang lama (habis satu masalah, datang lagi masalah lain), dan kondisi itu akan terus berlanjut jika saja kondisi perekonomian kita masih belum pada posisi yang meyakinkan. Belum lagi jika di akumulasikan “catatan hutang” tersebut pasti akan menghasilkan bunga, dan akan dibayarkan melalui APBN RI, tentunya dengan mencicilnya setiap tahun.

Jika pendapatan nasional meningkat, tentunya suatu Negara dapat lebih mempererat kerjasama dengan Negara yang lainnya dan menjalin hubungan yang lebih baik dengan Negara lain tersebut, dan mungkin saja derajat suatu Negara tersebut dapat naik karena sudah diketahui kans-nya di dunia internasional. Tapi, tidak semua meningkatnya pendapatan nasional akan membawa pengaruh positif, terkadang ada juga pengaruh negatifnya, contohnya jika dua Negara tersebut melakukan suatu kerjasama, suatu saat dapat terjadi suatu kecurigaan bahkan saling ketidakpercayaan karena minimnya transaksi langsung (face to face) antar kedua Negara. Itu hanya sebagai gambaran saja bahwa pendapatan nasional juga mempunyai dampak yang buruk juga. Kemudian, pengaruh positifnya yakni banyaknya Negara luar yang mengimport barang dari Indonesia, mengingat pentingnya kenaikan tingkat eksport untuk mengukur pendapatan nasional tentunya hal ini sangat bermanfaat bagi Indonesia, dan juga seperti yang sudah saya katakan pada awal tadi, dapat juga digunakan untuk melunasi hutang-hutang pada “catatan hutang” Indonesia yang mempunyai track record yang tidak terlalu baik. Dapat disimpulkan, bahwa pendapatan nasional tersebut juga memiliki pengaruh yang baik maupun buruk, khususnya pada bidang kerjasama internasional suatu Negara. Tapi, jika memang suatu Negara tersebut merupakan Negara yang benar-benar “professional” dalam melakukan suatu bidang kerjasama, seharusnya dapat membagi waktu, dan setidaknya juga dapat melakukan hubungan yang transparan (antarmuka) agar tidak terjadi suatu kesangsian antar kedua belah pihak. Lebih cakap lagi, jika hubungan kerjasama kedua Negara tersebut dapat mencakup cakupan yang lebih global, seperti kerjasama di bidang EPOLEKSOSBUDHANKAM, jika seperti itu sudah dipastikan hubungan kerjasama akan lebih erat dan saling melengkapi, dan tentunya serasi dengan kondisi pendapatan nasional yang meningkat.

DAMPAK PENDAPATAN NASIONAL BAGI DALAM NEGERI

Pendapatan nasional merupakan jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu negara selama satu tahun. Pendapatan nasional merupakan seluruh barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh suatu Negara. Dalam artian, dengan mengetahui pendapatan nasional suatu Negara dapat diukur pula tingkat kemakmuran rakyatnya. Karena secara konsep apabila suatu Negara sudah dapat menghasilkan barang atau jasa dengan nilai tinggi, maka masyarakat Negara yang bersangkutan dapat dikatakan memiliki kecukupan dalam hidupnya dan bisa dikatakan sebagai Negara yang makmur. Tetapi, jika dalam suatu Negara tersebut masyarakat yang tinggal di dalamnya banyak yang hidup tidak bercukupan, maka kondisi suatu Negara tersebut pasti akan ada yang timpang dalam kondisi perekonomiannya, karena tidak bisanya menghasilkan suatu barang atau jasa yang bernilai tinggi.

Contoh yang paling mudahnya adalah di Negara kita sendiri misalanya, yakni di Indonesia pernah menjadi salah satu Negara dengan pendapatan nasional terendah se-Asia Tenggara, dikarenakan karena peristiwa krismon (krisis moneter) yang pernah melanda Negara ini pada sekitar tahun 1998-an. Tentunya masih lekat pada ingatan kita, bagaimana kondisi saat terjadi krisis yang beritanya cukup mendunia itu. Pada kondisi krismon ini dimana harga-harga kebutuhan pokok merangkak naik, mengakibatkan terjadinya kondisi riot di kalangan masyarakat, dan akibatnya income pun turun dari standarnya sehingga tentunya juga berpengaruh pada pendapatan nasional bagi dalam Negeri. Pada masa itu, kondisi perekonomian Indonesia benar-benar kacau, sehingga mengakibatkan pendapatan nasional menjadi terganggu. Kondisi seperti inilah, dimana data-data pendapatan nasional dari tahun-tahun (waktu ke waktu) sangat diperlukan untuk melakukan sebuah telaah.

Dikarenakan sebagian besar mata pencaharian masyarakat Indonesia adalah bercocok tanam (sehingga Indonesia dijuluki sebagai Negara agraris), maka kehidupan bercocok tanam juga merupakan salah satu sumber pendapatan nasional juga. Contohnya saja, pada waktu ekspor beras dari Indonesia, itu menunjukkan bahwa di sektor agraris Indonesia juga memiliki pengaruh besar pada pendapatan nasional. Dan bagi para TKI misalnya, mereka semua disebut juga sebagai pahlawan devisa, karena juga memberikan kontribusi yang besar terhadap penambahan devisa Negara. Sebenarnya banyak sekali, bidang-bidang yang dapat berpengaruh besar terhadap penambahan devisa Negara. Selain dua contoh tadi, ada lagi di bidang pariwisata (taman observasi, kebun binatang, dll), di bidang industry (ekspor berbagai mesin-mesin pembantu pekerjaan manusia, dll), dan lain sebagainya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendapatan nasional ini memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam suatu Negara. Dengan adanya data-data pendapatan nasional seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, pemerintah juga dapat melakukan sebuah review terhadap kondisi perekonomian di suatu Negara, sehingga di lain waktu jika terjadi lagi suatu krisis moneter atau masalah-masalah lainnya, maka pemerintah akan siap melakukan suatu penanganan khusus untuk mengembalikan ke kondisi perekonomian yang stabil. Kemudian, dengan adanya pendapatan nasional, pemerintah juga dapat melakukan suatu perbandingan kondisi perekonomian setiap waktunya. Perbandingan ini dimaksudkan agar kondisi perekonomian dapat distabilkan, dan dapat melakukan suatu kemajuan kondisi perekonomian suatu Negara agar nantinya tidak terjadi suatu krisis, seperti yang sudah saya katakan tadi pada point awal.

Rabu, 13 April 2011

DAMPAK KENAIKAN HARGA BAGI PEMERINTAH

Pemerintah. Ya, semua yang menetapkan harga sebuah barang itu dapat turun atau malah melonjak naik adalah Pemerintah. Setiap mendengar kenaikan harga, sudah pasti pikiran kita akan ter mind-set kepada Pemerintah. Pemerintah dituntut untuk bijaksana untuk mengambil sebuah keputusan, apalagi jika berkaitan dengan kenaikan harga ini. Jika pemerintah salah ambil langkah perihal kenaikan harga ini, sudah dipastikan beberapa lapisan masyarakat akan menggelar aksi protes yang besar akibat ketidakpuasan dalam keputusan Pemerintah yang memilih untuk menaikkan harga (meskipun di beberapa point, saya sendiri juga tidak setuju dengan adanya kenaikan harga ini karena terkesan salah perhitungan). Pemerintah mengatakan bahwa mereka telah memperhitungkan segalanya, serta memiliki alasan dan pertimbagan khusus untuk menaikkan harga.

Sebagai contoh, ketika kenaikan BBM, tarif dasar listrik dan telepon yang dikeluarkan kebijakannya mulai tahun 2000. Menurut beberapa menteri, keputusan pemerintah ini telah diperhitungkan dengan seksama, baik dampaknya ke masyarakat dan dunia usaha. Pemerintah melalui beberapa menterinya, menyatakan bahwa tindakan ini di lakukan sesuai dengan Program Pembangunan Nasional (Propenas) yang bertujuan untuk memajukan taraf kehidupan masyarakat. Pada kenaikan harga BBM yang menjadi hot topic di kala itu, memberikan efek kepada sektor yang lain juga, karena dengan naiknya harga BBM maka akan memicu beberapa harga kebutuhan pokok dan tarif angkutan umum, kita ambil contoh di sebuah pasar misalnya, jika harga BBM naik maka seperti para pedagang sayuran tentu akan merasa terbebani dengan angkutan yang biasa mereka naiki untuk mengangkut sayuran-sayuran tersebut ke pasar karena dengan naiknya BBM maka harga jasa angkutan tersebut juga akan naik, oleh karena itu tidak ada cara lain, para pedagang sayuran tersebut juga menaikkan harga sayuran yang dijualnya di pasar agar membantu pendapatan mereka.

Sepertinya pemerintah harus mengoreksi kembali, dengan mengatakan bahwa semua dampaknya telah diperhitungkan. Kenyataan dilapangan berkata berbeda, seperti apa yang dialami oleh para nelayan di Indonesia. Akibat mahalnya harga minyak solar, banyak diantara mereka yang tidak turun melaut. Sementara usaha kecil seperti pabrik tahu dan industri rumah tangga lainnya harus berlomba untuk menaikkan harga untuk menutup biaya produksi mereka. Masyarakat pada umumnya harus segera mengencangkan ikat pinggang akibat dihimpit oleh naiknya harga semua kebutuhan pokok. Kondisi ini jelas memicu berbagai reaksi dari masyarakat yang mengecam kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada masyarakat. Berbagai demonstrasi menentang kenaikan harga dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat. Demonstrasi seperti ini terjadi hampir di semua kota di Indonesia. Beberapa pendapat bahkan mengancam akan melakukan mogok nasional dan memboikot dengan tidak membayar pajak. Sangatlah wajar tindakan ini, berbagai kalangan intelektual juga berpendapat bahwa kebijakan perlu ditinjau ulang oleh pemerintah. Pemerintah dituntut lebih bijaksana dalam menentukan kenaikan harga suatu barang, karena setiap kebijakan pemerintah akan menimbulkan pro dan kontra di kalangan rakyat. Sudah jelas bahwa dampak dari kenaikan harga ini tidak saja akan dirasakan oleh produsen dan konsumen, tetapi juga akan berdampak oleh Pemerintah, yang dalam hal menaikkan maupun menurunkan harga memegang key role atau sebagai penetap kebijakan utama. Terakhir, saya akan mengutip kata-kata dari Alm. Mbah Surip, seorang musisi kondang, yang dalam beberapa penampilannya sering meneriakkan kata-kata yang sepertinya serasi dengan kondisi kenaikan harga ini, teriakan penuh semangat yang sering dilontarkannya yakni “AMPUUUNNN PEMERINTAH!!!”.

DAMPAK KENAIKAN HARGA BAGI KONSUMEN

Jika kita (sebagai masyarakat umum) mendengar sebuah kata “KENAIKAN HARGA” pasti yang akan langsung kita cerna adalah untuk membeli kebutuhan sehari-hari akan semakin bertambah pengeluarannya, atau jika ingin mengirit pengeluaran maka kita akan hanya membeli sedikit porsi dari yang biasa kita beli. Konsumen merupakan mereka-mereka yang membeli barang/jasa di pasar. Tentunya, dampak kenaikan harga juga pasti sangat dirasakan oleh para konsumen, karena sebagai konsumen adalah orang yang langsung membeli ke pasar. Bagi konsumen sendiri, kenaikan harga tentunya akan membuat pengeluaran menjadi bertambah dan akan berpikir dua kali membeli suatu barang tersebut, kecuali jika barang tersebut benar-benar harus dibeli, terpaksa konsumen tersebut membeli dengan sedikit saja, tidak seperti biasanya.

Bagi masyarakat yang kehidupannya mapan/serba tercukupi, mungkin kenaikan harga ini tidak akan terlalu dijadikan momok yang mengkhawatirkan. Tetapi, bagaimana dengan masyarakat yang tingkat menengah kebawah?? Melambungnya harga kebutuhan pokok menyebabkan masyarakat tingkat menengah kebawah ini dihadapkan pada persoalan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Apalagi jika pendapatannya tidak mampu mengimbangi kebutuhan yang harus di penuhi. Dampak yang diakibatkan dari kenaikan harga ini sangat luar biasa bagi masyarakat tingkat menengah kebawah, jumlah warga miskin akan bertambah banyak jumlahnya karena semakin banyaknya warga banyak yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Disamping berakibat pada kesulitan dan kesengsaraan untuk memenuhi kebutuhan, juga berakibat pada ketidakmampuan untuk mencapai kualitas hidup dan kesejahteraannya yaitu pemenuhan gizi, kesehatan dan pendidikanya. Bagaimana mungkin mereka mampu memenuhi gizi jika mereka hanya mampu makan sehari sekali tanpa lauk yang memadai. Jangankan telur atau daging, tahu tempe saja tak mampu dibeli lagi olehnya.

Keadaan seperti ini terkadang memaksa mereka untuk memilih mengkonsumsi barang dengan harga yang lebih rendah, bahkan jika barang tersebut adalah barang “kualitas nomor dua”. Tak jarang di televisi kita melihat banyak warga yang kurang mampu ini mengkonsumsi makanan yang sebenarnya sudah tidak layak untuk dikonsumsi, saking karena ketidakmampuan untuk membeli bahan baku makanan (seperti beras, telur, daging, dan lain sebagainya) yang harganya lumayan tinggi pada masa itu. Hal ini seperti tentunya harus menjadi argument bagi pemerintah untuk menindak lanjuti masalah kenaikan harga ini, karena jika tidak, bukan tidak mungkin akan ada aksi protes datang dari mereka yang tak setuju dengan kenaikan harga yang seakan tidak memikirkan kondisi masyarakat yang lain.

DAMPAK KENAIKAN HARGA BAGI PRODUSEN

Jika diperhatikan dan dirasakan dari masa lampau sampai sekarang, harga barang-barang dan jasa kebutuhan terasa harganya terus menaik, dan nilai tukar uang selalu turun dibandingkan nilai barang. Ada dua jenis dari kenaikan harga tersebut, kenaikan harga yang sifatnya sementara seperti momen hari raya (tidak terus menerus) dan kenaikan harga dari satu atau dua barang saja (seperti kenaikan harga cabai, BBM, dll). Kenaikan harga ini tentunya akan memberikan dampak bagi semua lapisan yang terlibat didalamnya, seperti contohnya produsen, juga pasti akan terkena imbasnya. Produsen adalah orang/badan yang berfungsi sebagai pihak yang menyediakan/menghasilkan barang/jasa. Contohnya seperti produsen pembuat kerajinan tangan, pembuat sebuah produk untuk masyarakat, dll.

Dampak kenaikan harga bagi produsen ini akan sangat terasa di bidang perusahaan manufaktur, yaitu suatu cabang industri yang mengaplikasikan peralatan dan suatu medium proses untuk transformasi bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Upaya ini melibatkan semua proses antara yang dibutuhkan untuk produksi dan integrasi komponen-komponen suatu produk. Kemudian, yang dibutuhkan untuk produksi tersebut merupakan suatu bahan baku, yang jika di pasaran harga bahan baku tersebut melonjak, maka sudah pasti industry ini akan kesulitan untuk membeli bahan baku yang berkualitas tinggi seperti biasanya. Bisa jadi, bahan baku tersebut dikurangi takarannya dari semula, karena tingginya harga bahan baku yang berkualitas tersebut, dan untuk menutupi kekurangan dari bahan baku yang masih kurang tersebut akan menggunakan bahan baku yang kualitasnya tidak seperti biasanya. Jika seperti itu, maka hasil dari produksi industry manufaktur tersebut tentunya tidak akan seperti biasanya, malah ada kemungkinan kualitasnya akan lain dari biasanya karena tidak terlalu banyak menggunakan bahan baku yang berkualitas tinggi seperti biasanya.

Contoh lain dari dampak kenaikan harga bagi produsen ini, seperti di bidang industry rumah makan (baik restoran, maupun warung-warung makan rumahan). Saya akan mengambil contoh di bidang rumah makan Padang contonhnya. Rumah makan padang dapat dikatakan sebagai produsen juga, dan seperti telah kita ketahui, mayoritas makanan pada rumah makan Padang tersebut pasti akan berbumbu pedas, dan bahan baku utama dari makanan tersebut tentunya adalah cabai. Baru-baru ini, seperti yang diberitakan di Televisi, harga cabai mengalami kenaikan yang cukup signifikan dan melonjak cukup tinggi (kita akan ter mind-set ketika harga cabai baru saja naik bulan-bulan lalu, meskipun sekarang harganya sudah mulai stabil kembali). Banyak di bidang industry rumah makan, salah satunya adalah rumah makan Padang, menyatakan keberatan atas naiknya harga cabai ini, karena bahan baku utama dari mayoritas masakannya menggunakan cabai. Diantara para industry rumah makan Padang, ada yang mengatakan “jika biasanya memakai banyak cabai (beberapa kg) dalam semua masakan-masakan kami, kini dengan naiknya harga cabai tersebut terpaksa kami kurangi takarannya. Jadi sudah pasti kualitas hasil masakannya tidak akan terasa seperti biasanya……”. Sudah jelas, bahwa kenaikan harga ini tentunya akan sangat berdampak negative bagi para produsen. Jika pendapatan yang dihasilkan lumayan tinggi, maka para produsen tersebut tentunya tidak perlu khawatir akan naiknya harga barang ini. Tetapi, jika minim pendapatan, maka naiknya biaya produksi tersebut pada akhirnyta merugikan produsen, mungkin sampai-sampai ada produsen yang enggan untuk meneruskan produksinya, dan mungkin bagi perusahaan yang besar masih bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Tetapi, untuk para pengusaha kecil ??? jika tidak sanggup mengikuti kenaikan harga ini, maka yang akan terjadi adalah terhenti total produksinya, yang dapat dikatakan bangkrut.